Kampung Naga Tasikmalaya



Jika Anda bosan dengan kehidupan kota metropolitan yang dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar langit, Anda harus mengambil cuti beberapa hari untuk tinggal di kampung Naga di desa Neglasari, kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kampung Naga merupakan kampung yang sangat unik, dengan keteguhannya dalam memegang adat istiadat para leluhurnya. Memasuki Kampung Naga kita akan disuguhi berbagai macam pantangan yang sama sekali tidak boleh di langgar, konon bila kita melanggar pantangannya, di kemudian hari kita akan mendapatkan suatu musibah yang tidak kita sangka-sangka.

Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda. Seperti permukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek kajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan Sunda di masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa Barat.


Kampung yang memiliki luas 1,5 hektar ini masih sangat terlihat 'hijau' dan sama sekali belum  dipengaruhi oleh modernisasi. Sekitar 311 orang tinggal di desa ini. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya.

Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Setibanya di kampung ini, Anda akan melihat ratusan pohon-pohon yang tumbuh tinggi, sawah hijau dan sungai Ciwulang panjang. Selain itu, Anda akan menghirup udara sejuk dan suara gemericik air sungai di kejauhan.

TAMAN SARI : TEMPAT PEMANDIAN PERMAISURI RAJA

pemandian raja dan para dayang

Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Yogyakarta, yang dapat dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor sebagai kebun Istana Bogor. Kebun ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.

Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko, besrta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon salah seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih dikenal dengan Demang Tegis.

Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.

Bagian pertama
Bagian pertama merupakan bagian utama Taman Sari pada masanya. Pada zamannya, tempat ini merupakan tempat yang paling eksotis. Bagian ini terdiri dari danau buatan yang disebut "Segaran" (harfiah=laut buatan) serta bangunan yang ada di tengahnya, dan bangunan serta taman dan kebun yang berada di sekitar danau buatan tersebut. Di samping untuk memelihara berbagai jenis ikan, danau buatan Segaran juga difungsikan sebagai tempat bersampan Sultan dan keluarga kerajaan. Sekarang danau buatan ini tidak lagi berisi air melainkan telah menjadi pemukiman padat yang dikenal dengan kampung Taman.

Pulo Kenongo
Di tengah-tengah Segaran terdapat sebuah pulau buatan, "Pulo Kenongo", yang ditanami pohon Kenanga (Kananga odorantum[?], famili Magnoliaceae[?]). Di atas pulau buatan tersebut didirikan sebuah gedung berlantai dua, "Gedhong Kenongo". Gedung terbesar di bagian pertama ini cukup tinggi. Dari anjungan tertingginya orang dapat mengamati kawasan Keraton Yogyakarta dan sekitarnya sampai ke luar benteng baluwarti. Konon Gedhong Kenongo terdiri dari beberapa ruangan dengan fungsi berbeda. Dari jauh gedung ini seperti mengambang di atas air. Oleh karenanya tidak mengherankan jika kemudian Taman Sari dijuluki dengan nama "Istana Air" (Water Castle). Saat ini (Januari 2008) gedung ini tinggal puing-puingnya saja.
Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat deratan bangunan kecil yang disebut dengan "Tajug". Bangunan ini merupakan menara ventilasi udara bagi terowongan bawah air. Terowongan ini merupakan jalan masuk menuju Pulo Kenongo selain menggunakan sampan/perahu mengarungi danau buatan. Dahulu di bagian barat pulau buatan tersebut juga terdapat terowongan, namun kondisinya sekarang kurang terawat dibandingkan dengan terowongan selatan.

Pulo Cemethi dan Sumur Gumuling
Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat sebuah pulau buatan lagi yang disebut dengan "Pulo Cemethi". Bangunan berlantai dua ini juga disebut sebagai "Pulo Panembung". Di tempat inilah konon Sultan bermeditasi. Ada juga yang menyebutnya sebagai "Sumur Gumantung", sebab di sebelah selatannya terdapat sumur yang menggantung di atas permukaan tanah. Untuk sampai ke tempat ini konon dengan adalah melalui terowongan bawah air. Saat ini bangunan ini sedang dalam tahap renovasi besar - besaran yang bertujuan untuk merestorasi bangunan - bangunan yang masih ada.

Sementara itu di sebelah barat Pulo Kenongo terdapat bangunan berbentuk lingkaran seperti cincin yang disebut "Sumur Gumuling". Bangunan berlantai 2 ini hanya dapat dimasuki melalui terowongan bawah air saja. Sumur Gumuling pada masanya juga difungsikankan sebagai Masjid. Di kedua lantainya ditemukan ceruk di dinding yang konon digunakan sebagai mihrab, tempat imam memimpin salat. Di bagian tengah bangunan yang terbuka, terdapat empat buah jenjang naik dan bertemu di bagian tengah. Dari pertemuan keempat jenjang tersebut terdapat satu jenjang lagi yang menuju lantai dua. Di bawah pertemuan empat jenjang tersebut terdapat kolam kecil yang konon digunakan untuk berwudu.

Bagian Kedua
Bagian kedua yang terletak di sebelah selatan danau buatan segaran merupakan bagian yang relatif paling utuh dibandingkan dengan bagian lainnya. Bagian yang tetap terpelihara adalah bangunan sedangkan taman dan kebun di bagian ini tidak tersisa lagi. Sekarang bagian ini merupakan bagian utama yang banyak dikunjungi wisatawan.

Gedhong Gapura Hageng
"Gedhong Gapura Hageng" merupakan pintu gerbang utama taman raja-raja pada zamannya. Kala itu Taman Sari menghadap ke arah barat dan memanjang ke arah timur. Gerbang ini terdapat di bagian paling barat dari situs istana air yang tersisa. Sisi timur dari pintu utama ini masih dapat disaksikan sementara sisi baratnya tertutup oleh pemukiman padat. Gerbang yang mempunyai beberapa ruang dan dua jenjang ini berhiaskan relief burung dan bunga-bungaan yang menunjukkan tahun selesainya pembangunan Taman Sari pada tahun 1691 Jawa (kira-kira tahun 1765 Masehi).

Gedhong Lopak-lopak
Di sebelah timur gerbang utama kuno Taman Sari terdapat halaman bersegi delapan. Dahulu di tengah halaman ini berdiri sebuah menara berlantai dua yang bernama "Gedhong Lopak-lopak", versi lain menyebut gopok-gopok. Sekarang (Januari 2008) gedung ini sudah tidak ada lagi. Di halaman ini hanya tersisa deretan pot bunga raksasa serta pintu-pintu yang menghubungkan tempat ini dengan tempat lainnya. Pintu di sisi timur halaman bersegi delapan tersebut merupakan salah satu gerbang menuju Umbul Binangun.

Umbul Pasiraman
"Umbul Pasiraman" atau ada yang menyebut dengan "Umbul Binangun" (versi lain "Umbul Winangun") merupakan kolam pemandian bagi Sultan, para istri beliau, serta para putri-putri beliau. Kompleks ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Untuk sampai ke dalam tempat ini disediakan dua buah gerbang, satu di sisi timur dan satunya di sisi barat. Di dalam gerbang ini terdapat jenjang yang menurun. Di kompleks Umbul Pasiraman terdapat tiga buah kolam yang dihiasi dengan mata air yang berbentuk jamur. Di sekeliling kolam terdapat pot bunga raksasa. Selain kolam juga terdapat bangunan di sisi utara dan di tengah sebelah selatan.
Bangunan di sisi paling utara merupakan tempat istirahat dan berganti pakaian bagi para puteri dan istri (selir). Di sebelah selatannya terdapat sebuah kolam yang disebut dengan nama "Umbul Muncar". Sebuah jalan mirip dermaga menjadi batas antara kolam ini dengan sebuah kolam di selatannya yang disebut dengan "Blumbang Kuras". Di selatan Blumbang Kuras terdapat bangunan dengan menara di bagian tengahnya. Bangunan sayap barat merupakan tempat berganti pakaian dan sayap timur untuk istirahat Sultan. Menara di bagian tengah konon digunakan Sultan untuk melihat istri dan puterinya yang sedang mandi kemudian yang tubuh telanjangnya paling mengesankan sultan akan di panggil ke menara. Di selatan bangunan tersebut terdapat sebuah kolam yang disebut dengan "Umbul Binangun", sebuah kolam pemandian yang dikhususkan untuk Sultan dan Permaisurinya saja. Pada zamannya, selain Sultan, hanyalah para perempuan yang diizinkan untuk masuk ke kompleks ini. Ini di mungkinkan karena semua perempuan (permaisuri, istri ( selir ) dan para putri sultan) yang masuk ke dalam taman sari ini harus lepas baju (telanjang), sehingga selain perempuan di larang keras oleh sultan untuk masuk ke Taman Sari.

Gedhong Sekawan
Di timur umbul pasiraman terdapat sebuah halaman bersegi delapan. Di halaman yang dihiasi dengan deretan pot bunga raksasa ini berdiri 4 buah bangunan yang serupa. Bangunan ini bernama "Gedhong Sekawan". Tempat ini digunakan untuk istirahat Sultan dan keluarganya. Di setiap sisi halaman terdapat pintu yang menghubungkannya dengan halaman lain.

Gedhong Gapuro Panggung
Di sebelah timur halaman bersegi delapan tersebut terdapat bangunan yang disebut dengan "Gedhong Gapura Panggung". Bangunan ini memiliki empat buah jenjang, dua di sisi barat dan dua lagi di sisi timur. Dulu di bangunan ini terdapat empat buah patung ular naga namun sekarang hanya tersisa dua buah saja. Gedhong Gapura Panggung ini melambangkan tahun dibangunnya Taman Sari yaitu tahun 1684 Jawa (kira-kira tahun 1758 Masehi). Selain itu di bangunan ini juga terdapat relief ragam hias seperti di Gedhong Gapura Hageng. Sisi timur bangunan ini sekarang menjadi pintu masuk situs Taman Sari.

Gedhong Temanten
Di tenggara dan timur laut gerbang Gapuro Panggung terdapat bangunan yang disebut dengan "Gedhong Temanten". Bangunan ini dulu digunakan sebagai tempat penjaga keamanan bertugas dan tempat istirahat. Menurut sebuah rekonstruksi Taman Sari di selatan bangunan ini terdapat sebuah bangunan lagi yang sekarang tidak ada bekasnya sedangkan di sisi utaranya terdapat kebun yang juga telah berubah menjadi pemukiman penduduk.

Bagian Ketiga
Bagian ini tidak banyak meninggalkan bekas yang dapat dilihat. Oleh karenanya deskripsi di bagian ini sebagian besar berasal dari rekonstruksi yang ada. Dahulu bagian ini meliputi Kompleks "Pasarean Dalem Ledok Sari" dan Kompleks kolam "Garjitawati" serta beberapa bangunan lain dan taman/kebun. Pasarean Dalem Ledok Sari merupakan sisa dari bagian ini yang tetap terjaga. Pasarean Dalem Ledok Sari konon merupakan tempat peraduan Sultan bersama Pemaisurinya. Versi lain mengatakan sebagai tempat meditasi. Bangunannya berbentuk seperti U. Di tangah bangunan terdapat tempat tidur Sultan yang di bawahnya mengalir aliran air. Sebuah dapur, ruang penjahit, ruang penyimpanan barang, dan dua kolam untuk pelayan begitu pula kebun rempah-rempah, buah-buahan, dan sayur-sayuran diperkirakan berada bagian ini. Di sebelah baratnya dulu terdapat kompleks kolam Garjitawati. Jika hal itu benar maka kompleks ini merupakan sisa pesanggrahan Garjitawati dan kemungkinan besar juga merupakan Umbul Pacethokan yang pernah digunakan oleh Panembahan Senopati.

Bagian Keempat
Bagian terakhir ini merupakan bagian Taman Sari yang praktis tidak tersisa lagi kecuali bekas jembatan gantung dan sisa dermaga. Deskripsi di bagian ini hampir seluruhnya merupakan sebuah rekonstruksi dari sketsa serangan pasukan Inggris ke Keraton Yogyakarta pada tahun 1812. Bagian ini terdiri dari sebuah danau buatan beserta bangunan di tengahnya, taman di sekitar danau buatan, kanal besar yang menghubungkan danau buatan ini dengan danau buatan di bagian pertama, serta sebuah kebun. Danau buatan terletak di sebelah tenggara kompleks Magangan sampai timur laut Siti Hinggil Kidul. Di tengahnya terdapat pulau buatan yang konon disebut "Pulo Kinupeng". Di atas pulau tersebut berdiri sebuah bangunan yang konon disebut dengan "Gedhong Gading". Bangunan yang menjulang tinggi ini disebut sebagai menara kota (Cittadel Tower).

Kanal besar terdapat di sisi barat laut dari danau buatan dan memanjang ke arah barat serta berakhir di sisi tenggara danau buatan di bagian pertama. Di kanal ini terdapat dua penyempitan yang diduga keras merupakan letak jembatan gantung. Salah satu jembatan tersebut berada di jalan yang menghubungkan kompleks Magangan dengan Kamandhungan Kidul. Bekas-bekas dari jembatan ini masih dapat disaksikan, walaupun jembatannya sendiri telah lenyap. Di sebelah barat jembatan gantung terdapat sebuah dermaga. Dermaga ini konon digunakan Sultan sebagai titik awal perjalanannya masuk ke Taman Sari. Konon Sultan masuk ke Taman Sari dengan bersampan. Di sebelah selatan Kanal terdapat kebun. Kebun ini berlokasi di sebelah barat kompleks Kamandhungan Kidul dan Siti Hinggil Kidul. Kini semua tempat itu telah menjadi pemukiman penduduk. Kebunnya telah berubah menjadi kampung Ngadisuryan sedangkan danau buatan berubah menjadi kampung Segaran.

Jam Buka: Senin - Minggu, pukul 09.00 - 15.30 WIB
Tiket:
Wisatawan Domestik: Rp 3.000
Wisatawan Mancanegara: Rp 7.000
Guide: nego (Rp 10.000 - Rp 20.000)
Keterangan:
harga tiket diperoleh pada perjalanan bulan Januari 2012. Untuk tarif pemandu bervariasi, tergantung kesepakatan bersama.

Gunung Dempo: Sensasi Pendakian yang Menantang

MENAKLUKAN PUNCAK GUNUNG DEMPO


Berdiri 3195 meter di atas permukaan laut, Gunung Dempo adalah gunung tertinggi di Sumatera Selatan. Bersama dengan Gunung Marapi di pulau Sumatera, Gunung Dempo adalah puncak tertinggi di pegunungan Bukit Barisan yang membentang sepanjang pulau Sumatera. Setelah menyeruput secangkir teh manis hangat di pagi hari, mendengarkan kicauan burung di pohon-pohon dan menyaksikan matahari perlahan terbit di cakrawala, adalah pagi dan awal yang sempurna untuk mendaki ke puncak Gunung Dempo.

Terletak diperbatasan antara propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu di pantai barat Sumatera, Gunung Dempo terletak di Kabupaten Pagar Alam. Seperti namanya Pagar Alam yang berarti pagar alam, nyatanya seluruhnya tempat ini dikelilingi perbukitan dan pegunungan. Butuh sekitar 7 jam mengemudi untuk mencapai Pagar Alam dari Palembang dan 15 kilometer dari pusat kota Pagar Alam ke Gunung Dempo. Perjalanan menuju gunung ini tidak akan membosankan, karena Anda akan dimanjakan dengan pemandangan tebing dan lembah yang fantastis dalam nuansa udara yang sejuk. Sebuah perkebunan teh luas akan menyapa Anda ketika Gunung Dempo tepat di depan mata.

Setelah logistik Anda dimuat, tenda dan kantong tidur siap, hal berikutnya yang Anda lakukan adalah menempuh jalan menantang. Dengan ransel yang berat akan mengantar langkah pertama Anda melalui perkebunan teh yang luas. Berjalanlah terus ke depan tanaman teh yang hijau akan digantikan oleh semak-semak liar dan jalan mulai mendaki. Di antara para pendaki gunung, Gunung Dempo dikenal memiliki jalur menantang dengan lereng berliku-liku telah membuat Gunung Dempo menjadi favorit di antara para pendaki. Menegak segarnya air gunung, mendengar kicau burung dan suara hewan lainnya. Berhentilah sejenak untuk mengistirahatkan kaki dan punggung Anda sambil menikmati suasanya alam dan udara yang segar merupakan pengalaman yang tidak terlupakan.

kawah gunung Dempo

Tidak ada yang bisa menandingi sensasi nikmatnya keberhasilan mencapai puncak gunung. Pendakian yang melelahkan akan terbayar dengan pemandangan yang luar biasa indahnya ditemani luasnya cakrawala di kejauhan. Pengalaman ini merupakan pengalaman yang tidak bisa dibayar dengan sejumlah uang. Anda akan menyaksikan kawah Gunung Dempo yang masih mengepul dan masih aktif. Suasana pemadangan yang Anda abadikan di kamera Anda merupakan piala atas keberhasilan Anda mencapai puncak.

Selain pemadangan gunung yang menantang ini, sisa-sisa budaya prasejarah juga dapat ditemukan di daerah tersebut. Ukiran batu dalam bentuk manusia, hewan dan lainnya tersebar di sepanjang lereng Gunung Dempo. Di dalam Pagar Alam juga terdapat pasar tradisional yang menjual berbagai barang lokal seperti teh, kopi, buah-buahan, dan lainnya yang layak untuk Anda kunjungi.

Untuk mencapai desa terdekat, terlebih dahulu anda harus mencapai kota Pagar Alam, kurang lebih 7 jam perjalanan darat dari Palembang.Dari ibukota Sumatera Selatan ini tersedia banyak bus ke arah Pagar Alam, salah satunya dengan menggunakan bus Dharma Karya. Atau apabila anda dari Jakarta, sebelumnya dapat menumpang bus jurusan Bengkulu atau Padang, dan turun di Lahat.

Kota Pagar Alam, memang sesuai dengan namanya, kota ini jelas dikelilingi barisan pegunungan Bukit Barisan dan yang tertinggi dari barisan tersebut adalah Gunung Dempo. Gunung ini sangat indah menjulang tegak menggapai langit nan biru apabila dilihat pada pagi hari. Oleh karena itu sangat tepat bila bermalam dulu di kota ini, disini banyak tersedia losmen atau motel. Budaya kota yang sudah berbaur dari berbagai suku baik pendatang maupun asli menciptakan kedamaian yang anda tidak peroleh di kota-kota besar.
Dari terminal Pagar Alam, terlebih dulu mencarter mobil/taksi untuk jurusan Pabrik Teh PTPN III yang jaraknya mencapai 15 KM dari terminal. Di Pabrik ini ada baiknya anda berkenalan dengan seseorang yang biasa dipanggil pak Anton, beliau termasuk yang dituakan oleh para pencinta alam seantero Sumsel-Lampung. Dengan meminta bantuannya, mobil carteran akan membawa anda ke desa terdekat dari kaki gunung Dempo, yang dapat memakan waktu lebih dari 20 menit, karena jalannya cukup terjal, berkelok dengan melewati hamparan kebun teh nan hijau.

Dusun VI, biasa disebut, dari sini anda harus melaporkan diri/bersilahturahmi dengan kepala keamanan desa, Wamin namanya. Di desa ini pula ada baiknya terlebih dahulu beristirahat sambil mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Hanya sayang, jangan berharap kebutuhan logistik anda dapat dipenuhi disini, warung yang ada sangat kecil, itupun cuma satu. Maklum rata-rata yang tinggal di sini adalah buruh pemetik teh, yang rata-rata berasal dari pulau Jawa. Kalau boleh anda tahu, ketinggian altitude disini mencapai 1200 mdpl. Jadi anda tinggal mendaki 1900 meter lagi untuk mencapai puncak Dempo.

PANTAI LEMBUPURWO

PANTAI LEMBUPURWO : ASRINYA PANTAI LAUT KIDUL


Pantai Lembupurwo merupakan salah satu pantai yang terdapat di kabupaten Kebumen bagian timur. Lokasinya di desa Lembupurwo kecamatan Mirit sekitar 10 km dari kota Prembun atau 1,5 km ke selatan dari jalur alternatif Jogja-Jakarta. Hampir berbatasan langsung dengan kabupaten Purworejo. Jalan untuk ke sana sudah diaspal sehingga cukup mudah untuk dilalui dengan motor maupun mobil.

gumuk pasir

Pantai Lembupurwo masih cukup perawan dan tidak perlu membayar retribusi untuk masuk ke sana. Pemandangan di sana cukup bagus. Kita akan melewati daerah perkebunan milik warga yang ditanami melinjo, jagung, cabe, kelapa, jambu mete, dan juga semangka. Setelah  itu medan mulai berganti dengan gunungan pasir sekitar 50 meter. Cukup panas juga ketika matahari bersinar terik, untuk itu jika ke sana siang hari saya sarankan untuk membawa payung.

kali Buntu
Medan gunungan pasir selesai, kita akan turun melewati segara kali buntu sebelum akhirnya sampai di tepi pantai. Kali buntu ini seperti danau kecil yang terbentuk ketika air pasang. Di sana banyak ikan-ikan kecil, kepiting dan aneka kerang. Karena dangkal, banyak yang sering mandi di situ ketika selesai berenang di laut dan ada beberapa kapal wisata yang dapat mengantarkan kita berkeliling danau (di musim lebaran). Di sini tidak perlu takut kepanasan karena di sepanjang segara anakan telah dijadikan area konservasi cemara laut oleh KKN UGM Yogyakarta dibantu warga sekitar dan siswa SMA N 1 MIRIT sejak tahun 2007/2008 lalu. Selain itu kini juga mulai ditanami tanaman bakau. Bisa dibayangkan bukan beberapa tahun kedepan akan menjadi seperti apa? Pasti lebih sejuk lagi.

Menginjak pantainya, kita akan disambut pasir hitam bersih yang cukup luas dan dengan garis pantai yang panjang dari ujung timur hingga ujung barat. Lautnya bersih, berwarna biru dan berombak besar. Jika kita berjalan terus ke timur nantinya kita akan bertemu dengan muara sungai Gentan. Biasanya jika di hari libur, seperti hri minggu atau hari raya, pantai ini selalu ramai dan ada beberapa pedagang yang akan berjualan di tepi pantai di gubuk-gubuk kecil. Tempe mendoannya tak perlu diragukan lagi rasanya, apalagi jika masih hangat. Ada juga rempeyek undur-undur (binatang sejenis crustacea, rasanya agak mirip udang) yang khas Pantai Lembupurwo, kita dapat menikmati sunrise dan juga sunset yang tak kalah dengan tempat lain jika cuacanya bagus. Kita bisa bermain bola, layang-layang, membangun istana pasir atau juga teriak-teriak untuk menghilangkan kekesalan di dalam hati. Orangnya juga ramah-ramah, walaupun mereka agak susah untuk berbicara dalam bahasa Indonesia. Mereka menggunakan bahasa jawa dengan logat khas daerah mereka yang sering disisipkan kata “yuu”. Yang kalau dalam bahasa indonesia seperti kata “kan” untuk mempertegas kalimatnya.

bermain pasir di pantai

Rute jika naik kendaraan umum : naik Kopada berwarna kuning dari depan pasar Kulon Prembun. Cukup membayar 3-4 ribu. Turun hingga di poolnya, pas di perempatan dekat balai desa Lembupurwo baru dilanjutkan jalan kaki ke selatan sekitar 2km. Jika tidak mau jalan kaki, banyak ojek yang tersedia di situ.

Ketika datang jangan lupa untuk membeli emping mlinjo untuk oleh-oleh karena daerah ini merupakan penghasil emping mlinjo yang cukup bagus dan rasanya enak. Selain itu juga penghasil gula merah yang berkualitas.

Saran saya sebelum datang ke tempat ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya sebagai berikut:
  • Usahakan datang ketika pagi atau sore hari untuk menghindari  panas teriknya matahari.
  • Jika ingin datang pada siang hari, jangan lupa bawa payung atau topi agar tidak terlalu panas dan menghindari kulit gosong.
  • Bawalah air minum sendiri jika tidak berencana membeli minum di sana.
  • Bawalah tikar jika hendak duduk-duduk santai di sana, bisa juga bersantai di bawah pohon cemaranya.
  • Usahakan memakai sandal jepit agar tidak terlalu repot jika berjalan dipasir.

Peringatan :
  • Berombak besar ketika mulai tengah hari hingga malam. Jangan membiarkan anak kecil bermain tanpa pengawasan takutnya nanti terseret ombak.
  • Berangin kencang.


SELAMAT BERKUNJUNG....

Pulau Tabuhan

Pulau Tabuhan terletak 20 km dar kota Banyuwangi,tepatnya berada di desa Bangsring,Kecamatan Wongsorejo. Luas Pulau Tabuhan kira-kira 5 hektar. Pemandangan kebun lautnya sangat mengagumkan. Batu Karang adalah rumah dari ribuan ikan kerang, bunga karang,udang karang, dan tumbuhan laut. Pulau Tabuhan sangat cocok untuk scuba diving , karena airnya yang sanagt jernih.

Pantai di pulau Tabuhan
Pulau Tabuhan terletak persis di tengah Selat Bali yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Bali. Pulau Tabuhan masuk desa Bangsring kecamatan Wongsorejo kabupaten Banyuwangi. Satu-satunya sarana transportasi yang menuju Pulau Tabuhan adalah perahu nelayan yang bisa ditempuh dalam waktu 40 menit dari pantai Kampe desa Bangsring kecamatan Wongsorejo. Perjalanan menuju Pulau Tabuhan sangatlah menantang karena ombak besar siap menghadang para wisatawan yang ingin memacu adrenalin.

Pemandangan yang luar biasa yang dapat dinikmati oleh para wisatawan di Pulau Tabuhan adalah hamparan pasir putih yang mengelilingi Pulau Tabuhan, hamparan luas batu karang dan coral reef yang sangat menyejukkan mata para wisatawan yang datang di Pulau Tabuban, mercusuar yang menjulang tinggi yang berada di sisi timur, burung camar yang terbang melayang diderunya air laut. Para wisatawan di Pulau Tabuhan juga dapat menikmati beraneka biota laut, bintang laut, ganggang laut, gurita dan ikan-ikan kecil yang berlompatan yang seolah-olah sedang menyambut kedatangan para wisatawan di Pulau Tabuhan.


Para wisatawan di Pulau Tabuhan juga dapat menikmati kekayaan flora dan fauna. Dengan luas  sekitar 5 hektare, Pulau Tabuhan menjadi tempat favorit bagi berbagai jenis binatang, termasuk satwa yang dilindungi. Salah satu satwa yang menjadi pelanggan tetap di Pulau Tabuhan adalah burung maleo yang berasal dari Pulau Sulawesi dengan ciri-ciri berwarna hitam, ukuran badannya sekitar 55 cm, kulit sekitar mata berwarna kuning, dan kaki berwarna abu-abu. Kedatangan burung maleo ini merupakan rutinitas bagi burung untuk melakukan migrasi. Burung maleo biasa bersarang di daerah pasir yang terbuka dan hangat. Tujuannya, untuk menetaskan telur, yang akan menjadi cikal-bakal bayi burung. Makanan burung maleo antara lain ,biji-bijian, semut, dan berbagai jenis hewan kecil. Inilah alasan mengapa Pulau Tabuhan menjadi tempat favorit burung maleo.

Burung Maleo

Burung Rangkok

Selain burung maleo, Pulau Tabuhan juga menjadi arena singgah bagi burung enggang gading. Hewan yang masuk daftar satwa dilindungi ini memiliki ciri bagian perut, kaki, dan ekor, berwarna putih. Panjang burung enggang gading sekitar 60 cm. Tetapi ditambah panjang bulu, bisa mencapai 160 cm. Burung enggang gading sudah terbiasa hilir mudik di Pulau Tabuhan, kata para nelayan yang sering singgah di Pulau Tabuhan. Burung lain yang kadang-kadang mampir berada di Pulau Tabuhan adalah burung jalak, burung yang menjadi maskot Pulau Bali.

Selain kaya akan fauna. Pulau Tabuhan juga memiliki daya tari flora. Diantaranya tanaman setigi yang menjadi primadona di Pulau Tabuhan. Selain masuk dalam perlindungan, tanaman setigi juga banyak diburu oleh para penggemar bonsai.

Keindahan Pantai Nelayan Di Pantai Grajagan

Sebuah pantai indah di selatan Banyuwangi, berderet bersama Pantai Plengkung, Pulau Merah, dan Pesanggaran. Meski tidak seterkenal Plengkung dan Pulau Merah, namun Pantai Grajagan sejak lima tahun terakhir mulai dilirik peselancar dunia.


Pantai Grajagan
Pantainya luas diselimuti oleh pasir hitam, memiliki gua dan bukit yang sangat indah. Ketika Anda berada di sana maka akan melihat hamparan pantai dan bukit yang menjulang tinggi di tepi pantai. Menikmati suasana pantai dengan deburan ombak laut lepas dari atas shelter dan 3 gua peninggalan tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.

Anda juga dapat menyaksikan langsung aktifitas nelayan di pagi hari saat berangkat mencari ikan dan menurunkan ikan hasil tangkapannya. Belilah beberapa jenis ikan laut hasil tangkapan nelayan atau mengapa tidak memancingnya secara langsung.

Untuk menuju lokasi ini sangat mudah, jalannya sudah beraspal dan dapat ditempuh menggunakan mobil pribadi atau kendaraan umum hingga ke lokasi. Jika naik kendaraan umum dari arah Kota Banyuwangi bisa naik bus jurusan Jember atau sebaliknya, dan turun di Benculuk, dari Benculuk perjalanan dilanjutkan naik angkutan pedesaan sekitar 12 Km menuju. Grajagan. Perjalanan yang menarik dari Grajagan ke Alas Purwo adalah menggunakan perahu sewa, utamanya menuju ke pantai Ngagelan yang merupakan tempat penangkaran penyu belimbing, abu-abu dan hijau. Tiap malam petugas disini selalu mencari telur penyu untuk ditetaskan, wisatawan yang sudah sampai di Ngagelan ini bisa melepas langsung penyu yang sudah siap dan waktunya dilepas ke laut lepas setiap saat.



Pantai Grajagan Sepanjang pantai selatan Banyuwangi memang menjanjikan keindahan alamnya yang tiada tara terutama deretan gunung-gunung, perkebunan, pantai, dan lautan yang terbentang luas dari hamparan Samudera Hindia. Diantaranya pantai Grajagan, Plengkung dan pantai lainnya yang ada di TN Alas Purwo. Grajagan sangat ideal sebagai tempat transit atau sebagai pintu gerbang untuk menuju ke pantai Plengkung. Disamping lokasinya tidak terlalu jauh untuk menuju ke TN Alas Purwo, Grajagan juga sangat indah dan jauh dari kebisingan kota. Dari Grajagan untuk menuju ke Plengkung dibutuhkan waktu sekitar dua jam dengan menyusuri pantai menggunakan perahu sewa, perjalanan itu ternyata hampir sama bila kita menggunakan mobil dengan melewati jalan darat. Hal itu disebabkan jalan makadam menuju ke TN Alas Purwo, kondisinya sangat buruk sekali.

Grajagan dapat menjadi pilihan bagi wisatawan yang ingin melancong ke TN Alas Purwo dengan menggunakan perahu. Kawasan seluas 314 hektar ini berada di hutan KPH Banyuwangi Selatan, tepatnya di petak 111 BKPH Curahjati atau secara administratif pemerintahan terletak di desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Wanawisata ini dikelola oleh Kesatuan Bisnis Mandiri – Wisata, Benih dan Usaha lainnya (KBM-WBU) Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Di Wanawisata Grajagan, juga tersedia fasilitas berupa penginapan.

Pengunjung yang ingin bermalam untuk menikmati keheningan alam dengan paduan deburan ombak yang menggebu tidak perlu khawatir, dilokasi wisata ini terdapat 10 kamar dan 2 rumah berbentuk bungalow yang menghadap kearah laut. Tarifnyapun sangat variartif dan terjangkau antara 100 ribu – 150 ribu. Pelayanan di Wanawisata ini juga non stop selama 24 jam. Tetapi wisatawan yang datang di tempat ini kebanyakan hanya wisatawan lokal, jarang sekali turis bermalam disini, kata Supardi penjaga wanawisata Grajagan yang sudah lebih 14 tahun bekerja ditempat ini. Namun demikian tempat ini tetap layak untuk dijadikan sebagai tempat transit bagi turis yang ingin ke TN Alas Purwo, imbuhnya.Wanawisata Grajagan ini umumnya hanya rame dikunjungi pada hari libur saja, selain bisa menikmati keindahan pantai dengan paduan hutan ini, pengunjung dapat menyaksikan langsung aktifitas nelayan pada pagi hari saat berangkat mencari ikan dan menurunkan ikan hasil tangkapannya. Pemandangan lain yang bisa dinikmati disini melihat deburan ombak laut lepas dari atas shelter dan tiga gua Jepang yang menghadap kearah laut selatan, yang merupakan peninggalan tentara Jepang pada masa perang dunia kedua.

Makassar: Dari Benteng Bersejarah menuju Kota Pelabuhan Modern


Berganti nama dari Ujung Pandang  menjadi Makasar, kota terbesar di Indonesia bagian timur ini adalah gerbang ke Indonesia bagian timur sekaligus pintu menuju petualangan ke dataran tinggi Tana Toraja. Sebuah tempat dimana Anda dapat nikmati panorama dan keajaiban budaya menakjubkan masyarakatnya.


Makassar adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan dan berada di tengah kepulauan Indonesia dengan penerbangan tersibuk di bagian timur. Bandar udara Sultan Hassanudin saat ini adalah bandara termodern di Indonesia dan menghubungkan para pelancong dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan serta sekitar Sulawesi sendiri. Sementara itu ke arah jauh di timur menjadi lanjutan penerbangan dari Maluku dan Papua.

Kapal kargo internasional dari berbagai negara berlabuh di pelabuhan yang sibuknya. Sedangkan di pelabuhan tradisional Paotere, kapal layar Bugis Pinisi dapat terlihat berjajar di dermaga siap memuat barang-barang dari tempat terdekat dan terjauh pulau, Anda juga akan melihat berbagai  perahu nelayan memancing dan memuat hasil tangkapan ikan, seperti pantorani, lepa-lepa, dan sandeq.

Terletak pada jalur perdagangan yang sibuk di sepanjang Selat Makasar, Makasar merupakan kota kosmopolitan yang sibuk. Di sini bercampurnya ras dan etnik China, Eropa, Jawa, Bali, Ambon dan yang lainya. Sejak abad ke-14 Makasar dikenal sebagai pelabuhan tersibuk dimana kapal-kapal dari China, India, dan Eropa melakukan perdagangan sutra, teh, dan keramik yang ditukar dengan cengkih, pala, dan mutiara dari Maluku. Di pelabuhan tersebut ditukar pula barang dagangan dengan emas dan hasil hutan dari sekitarnya.

Abad ke-16 Eropa menemukan jalur pelayaran ke pulau rempah-rempah yang mereka cari. Spanyol dan Portugis kemudian menjadikan Makasar pintu gerbang mereka yang penting untuk menyimpan rempah-rempah berharga tersebut sebelum dibawa ke Eropa.

rumah adat
Sementara itu, di semenanjung selatan Sulawesi, kelompok etnis Bugis, Makasar, dan Mandar yang terkenal sejak dahulu dengan kemahirannya berlayar dan membuat perahu telah mengembangkan kerajaan yang berhasil mendorong pedagangan, perikanan, serta pengolahan lahan pertanian. Begitu juga seni dan sastra diwariskan hingga sekarang. Salah satu yang terkenal adalah karya epos Bugis, “I la Galigo”, yaitu mahakarya yang telah diakui dalam sastra Bugis. Memiliki tarian yang anggun dimana penarinya mengenakan kostum sutra berwarna cerah dan asesoris hiasan gelang emas besar, kalung, dan mutiara.

Tahun 1667, melalui Perjanjian Bungaya, pedagang Belanda berhasil mengusir Portugis dan Spanyol dari Makasar untuk memonopoli pelabuhan. Bahkan Belanda melarang bangsa Eropa lain berdagang di Makasar. Belanda juga menghancurkan Benteng Ujung Pandang yang dibangun oleh Raja Gowa tahun 1545 kemudian menggantikannya dengan Benteng Rotterdam yang saat ini masih dapat Anda saksikan di Makasar. Sedangkan Raja Gowa diizinkan tinggal di Benteng Soba Opu.

Banyak bangsawan Makasar menolak patuh kepada Belanda akibatnya mereka meninggalkan kota dan tinggal di Kalimantan, Pulau Riau, Malaysia. Sultan Selangor dan Johor adalah keturunan Bugis dari Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur.

Makasar memiliki taman bermain yang besar yang bernama Trans Studio sebagai taman bermain indoor terbesar ketiga di dunia. Untuk informasi lebih lanjut lihat: www.transstudioworld.com.
Makasar memiliki jalanan terbuka yang indah di Pantai Losari, ini adalah satu-satunya tempat di Indonesia dimana Anda dapat menyaksikan terbitnya Matahari yang indah sekaligus terbenamnya matahari yang spektakuler. Di Pantai Losari berderet hotel-hotel mewah dan saat malam menjelang maka dipenuhi dengan warung-warung makanan.

Saat ini Makasar juga menjadi kota pelajar dari bagian timur. Mereka berkumpul di sini untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi.



Sumber : Indonesia Travel

Klenteng Sam Poo Kong : Petilasan Laksamana Cheng Ho di Semarang

Klenteng Sam Poo Kong
Kisah Laksamana Cheng Ho bagi warga Semarang Jawa Tengah seolah tidak ada habisnya. Kenangan akan hadirnya Cheng Ho sampai saat ini masih dapat dirasakan di saat Anda berkunjung ke Klenteng yang terletak di kawasan Simongan, Semarang Barat. Klenteng ini lebih dikenal  dengan nama Klenteng Sam Poo Kong atau Klenteng Gedong Batu. Bangunannya seluas 1.020 meter persegi dan didominasi warna merah sangat megah, terlebih dengan banyaknya kepulan asap dupa dan bau hio, membuat Anda seakan di China. Dari berbagai sudut maka Anda akan mandapati penganut Budha, Konghucu, maupun Tao yang berdoa di tempat itu. Bangunan berarsitektur Cina ini belakangan juga menjadi tujuan bagi wisatawan minat khusus keagamaan.

Di klenteng ini bulan Maret 2011 Anda akan melihat patung raksasa Laksamana Cheng Ho setinggi 10,7 meter berbahan perunggu dengan berat sekitar 3,7 ton akan menjadi ikon pariwisata provinsi Semarang.

Klenteng sendiri adalah sebutan untuk bangunan peribadatan umat Tridharma yang terdiri dari penganut agama Budha, Kong hu cu dan Taoisme. Meski pada perkembangannya tiap-tiap agama tersebut memiliki bangunan peribadatan masing-masing, umumnya orang Indonesia lebih mengenal nama Klenteng. Klenteng Sam Poo Kong di Semarang sangatlah unik karena memiliki nilai sejarah yang berhubungan dengan Laksamana Cheng Ho, seorang pelaut Muslim dari Cina yang terkenal dengan perjalanan muhibahnya ke berbagai penjuru dunia dengan membawa misi damai. Keunikan lainnya adalah pengguna Klenteng Sam Poo Kong ini tidak hanya umat Tridharma saja melainkan hampir semua umat beragama.

Bangunan klenteng merupakan bangunan tunggal beratap susun. Berbeda dengan type klenteng yang ada di Pecinan, klenteng ini tidak memiliki serambi atau balai gerbang yang terpisah, di bagian tengahnya terdapat ruang pemujaan Sam Po.


Menurut cerita, saat Laksamana Cheng Ho berlayar melewati Laut Jawa ada seorang awak kapalnya yang sakit yaitu Wang Jinghong atau nama lainnya Dampo Awang atau Kiai Jurumudi Dampo Awang. Cheng Ho memerintahkan membuang sauh, kemudian merapat ke pantai utara Semarang dan mendirikan sebuah masjid di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi menjadi Klenteng. Bangunan itu sekarang berada di tengah kota Semarang diakibatkan Pantai Utara Jawa selalu mangalami pendangkalan karena sedimentasi sehingga lambat-laun daratan akan semakin bertambah luas ke arah utara.

Saat mendarat di Pelabuhan Simongan (Kali Semarang sekarang), Cheng Ho memerintahkan mendirikan masjid dan klenteng. Sekarang menjadi Klenteng Gedong Batu. Ketika sampai di darat Cheng Ho menemukan sebuah gua batu yang akhirnya digunakan bersemedi dan bersembayang. Karena merasa nyaman di daerah tersebut, ia memutuskan untuk beberapa waktu beristirahat di tempat tersebut. Selama menetap dia mengajarkan penduduk bersawah dan berladang. Kemudian ia melanjutkan pelayarannya, tetapi banyak awak kapal yang menikah dengan penduduk setempat dan menetap di daerah Simongan sehingga sampai sekarang di daerah Simongan banyak dihuni oleh keturunan Tiongkok. Untuk mengenang jasa-jasa Laksamana Cheng Ho, penduduk setempat membangun sebuah Klenteng di sekitar gua Batu tempat semedi Laksamana Cheng Ho tersebut.

Klenteng Sam Poo Kong merupakan Klenteng Agung agama Budha. Terletak di Gedong Batu, Simongan, Semarang. Disebut Gedong Batu karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Karena kaburnya sejarah, orang Indonesia keturunan China menganggap bangunan itu adalah sebuah Klenteng karena bentuknya berarsitektur China sehingga mirip sebuah Klenteng. Sekarang tempat tersebut dijadikan tempat pemujaan, bersembahyang, serta tempat berziarah. Untuk keperluan tersebut, di dalam gua batu itu diletakkan sebuah altar, serta patung-patung Sam Po Tay Djien. Awalnya di tempat ini hanyalah berupa gua yang di dalamnya terdapat sebuah altar yang digunakan bersama oleh Cheng Ho yang Muslim sebagai tempat shalat dan pengikutnya yang beragama lain. Saat Cheng Ho melanjutkan perjalanannya, gua tersebut tertimbun tanah longsor pada 1704 dan sebagai penghormatan terhadap Cheng Ho, masyarakat setempat menggali kembali serta membangun altar yang dilengkapi dengan patung Cheng Ho beserta pengawalnya. Gua ini biasa digunakan sebagai tempat meramal nasib yaitu dengan menggunakan tongkat-tongkat kecil yang bertuliskan angka.

Klenteng Sam Poo Kong dipengaruhi oleh dua jenis kebudayaan abad ke-14, yaitu kebudayaan Cina sebagai sumber dari nilai-nilai keagamaan dan tata cara prosesi sembahyang yang dibawa oleh Laksamana Cheng Ho dan masyarakat Tiong hoa yang tinggal dan menetap di daerah Pulau Tirang (nama kota Semarang pada waktu itu) serta kebudayaan lokal Jawa pedalaman yang berpengaruh pada bentuk fisik bangunan Klenteng.

Komplek Sam Poo Kong dipercaya sudah berdiri sejak abad ke-15, setelah kedatangan Sam Po Tay Djien (Cheng Ho) di Jawa dengan mengemban misi menjamin persahabatan. Pendaratan tersebut dilakukan di Simongan. Pada Oktober 1724 diadakan upacara besar-besaran sebagai ungkapan terima kasih kepada Cheng Ho yang telah melindungi penduduk dari mara bahaya, sekaligus memperingati pendaratannya. Dua puluh tahun sebelumnya diberitakan bahwa gua yang dipercaya sebagai tempat tinggal Sam Po dulu runtuh disambar petir. Tak berselang lama gua tersebut dibangun kembali dan di dalamnya ditempatkan Sam Po dengan empat anak buahnya yang didatangkan dari Tiongkok. Pada perayaan tahun 1724 tersebut telah ditambahkan bangunan emperan di depan gua. Perbaikan pertama disusul oleh perbaikan kedua pada tahun 1879 yang diprakarsai dan dibiayai oleh hartawan Oei Tjie Sien (ayah Oie Tiong Ham) yang telah mengambil alih pemilikan kawasan tersebut dari Hoo Yam Loo, pemegang pakta madat yang merugi. Tidak begitu jelas apa saja yang ditambahkan pada pemugaran kedua ini, hanya setelah selesai maka komplek tersebut dibuka untuk umum. Pada tahun 1937 atas prakarsa Lie Hoo Soen komplek Sam Po dipugar kembali. Kemudian diadakan beberapa penambahan, yaitu gapura, taman suci dan selasar (Pat Sian Loh) yang menghubungkan Klenteng Sam Po dengan makam Kyai Jurumudi.



Sumber : Indonesia Travel

Danau Toba : Keajaiban Wisata Alam yang Menakjubkan

Letusan Gunung Toba dan Legenda Danau Toba

Danau Toba
Danau Toba di Sumatera Utara diperkirakan terbentuk sekitar 74.000 tahun yang lalu dari hasil letusan supervolcano (gunung api super). Ketika terjadi ledakan ini, sekitar wilayah tersebut luluh lantah disapu oleh muntahan meteorit dan debu vulkaniknya yang menyebar ke separuh belahan dunia dari China sampai ke Afrika Selatan. Kedahsyatan letusan Gunung Toba dikabarkan menyebabkan matahari tertutup selama 6 tahun. Letusan Gunung Toba ini bahkan hampir memusnahkan umat manusia di sekitarannya saat itu.

Berdasarkan catatan jurnal “Nature Geoscience” 25 Mei 2010 disebutkan bahwa letusan Gunung Toba merupakan salah satu letusan gunung api terbesar di dunia. Danau Toba berasal yang dari letusan Gunung Toba yang memiliki kantong magma besar sehingga jika meletus maka kalderanya besar sekali. Gunung Toba yang berada di dasar Danau Toba diperkirakan masih dapat meletus hingga saat ini. Gunung Toba memiliki anak gunung yaitu Gunung Sibayak.

Dalam sejarahnya Gunung Toba pernah meletus tiga kali yaitu pertama sekitar 800 ribu tahun lalu yang menghasilkan kaldera di selatan Danau Toba, meliputi daerah Prapat dan Porsea. Kemudian letusan kedua yang lebih kecil, terjadi 500 ribu tahun lalu dan membentuk kaldera di utara Danau Toba yaitu di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol. Dari dua letusan ini, letusan ketigalah yang paling dahsyat pada 74.000 tahun yang lalu menghasilkan kaldera besar dan menjadi Danau Toba sekarang dengan Pulau Samosir di tengahnya.

Letusan gunung tersebut berlangsung selama satu minggu dan letusan debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut. Bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung tersebut sebanyak 2.800 km³ yang terdiri dari materi batuan dan abu vulkanik dan terbawa angin ke arah barat selama dua minggu. Letusan gunung ini memakan korban sampai 60% dari jumlah populasi manusia di bumi pada saat itu. Selain itu juga memusnahkan beberapa spesies hewan dan mengubah pola kehidupan manusia saat itu. Bahkan letusan gunung ini dianggap beberapa ahli memicu terjadinya zaman es dan mempengaruhi cuaca bumi.

Danau Toba adalah danau berkawah yang sangat besar, pusat pulaunya di tengah danau tersebut sangat seluas. Dengan luas 1.145 kilometer persegi, Danau Toba sebenarnya lebih menyerupai lautan daripada danau. Adapun keberadaan Pulau Samosir, berasal dari hasil tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar sehingga menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Danau Toba adalah danau terluas di Asia Tenggara dan terdalam di dunia sekitar 450 meter. Danau bertipe vulkanik ini merupakan danau terbesar kedua di dunia sesudah Danau Victoria di Afrika. Saat ini letusan Gunung Toba telah menyebabkan timbulnya Danau Toba yang memiliki pemandangan sangat indah.

Seiring penjelasan ilmiah mengenai Danau Toba, ada beberapa cerita rakyat setempat tentang asal-usul Danau Toba. Salah satunya adalah legenda yang menyertai keberadaannya tentang seorang pemuda miskin bernama Toba yang hidupnya bertani dan menangkap ikan. Suatu hari ia menangkap seekor ikan mas ajaib yang dapat berbicara sebagaimana layaknya manusia. Bingung dengan bentuknya yang tidak biasa, kemudian dia membawanya pulang dan ternyata ikan tersebut berubah bentuk menjadi seorang gadis cantik. Ikan ini dikutuk karena melanggar aturan yang dibuat oleh para dewa sehingga mengubahnya menjadi seekor ikan. Si gadis yang berubah bentuk dari ikan itu meminta Toba agar tidak akan membocorkan rahasiannya itu. Toba bersedia memegang janji menyimpan rahasia itu asalkan si gadis mau menikah dengannya. Setelah disetujui maka Toba menikahinya dan gadis itu diberi nama Mina. Keduanya hidup rukun bahagia meski miskin dan memiliki seorang putra yang diberi nama Samosir.

Suatu hari, Toba diperintahkan ibunya mengantarkan nasi ke ladang untuk ayahnya. Mulanya dia menolak. Akan tetapi, karena terus dipaksa maka dengan kesal ia mengantarkannya. Di tengah jalan, sebagian besar nasi dan lauk pauk itu dimakan Samosir akibatnya setibanya di ladang pun terlambat. Toba marah pada anaknya tersebut dan karena terlambat dan menerima makanan yang tinggal sedikit. Toba memukul anaknya sambil mengatakan, “Anak kurang ajar, betul-betul kau anak keturunan perempuan yang berasal dari ikan!”. Seketika itu juga sang anak sambil menangis pergi menemui ibunya dan menanyakan apakah benar dirinya adalah anak keturunan ikan. Mendengar hal tersebut, sang ibu pun terkejut karena suaminya telah melanggar janjinya. Mina kemudian melompat ke dalam sungai dan berubah kembali menjadi seekor ikan besar. Pada saat yang sama, sungai itu pun meluapkan banjir besar dan turun hujan sangat lebat sehingga tergenanglah lembah tempat sungai itu mengalir air, Toba tak bisa menyelamatkan dirinya, ia mati tenggelam. Desa sekitarnya terendam air yang meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga dan akhirnya membentuk danau raksasa yang dikenal dengan nama Danau Toba, sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

Pantai Pasir Panjang

Pantai Pasir Panjang terletak di Kecamatan Tujuh Belas, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat. Pantai ini diberi nama Pantai Pasir Panjang karena pantainya membentang panjang di laut lepas sepanjang 3 Km. Pantai ini memiliki pasir putih yang cantik dan ombak yang tenang. Pantai ini dapat dicapai dengan kendaraan selama 20 menit (17 Km) dari pusat Kota Singkawang ke arah Pontianak.

Hamparan pasir putih yang seperti karpet, bebatuan, panorama alamnya yang masih alami dan air lautanya yang tenang menjadikan pantai ini sangat layak untuk dikunjungi. Rasakan hembusan angin laut membelai kulit Anda ketika Anda berjalan di sepanjang garis pantai sambil memandang ke laut lepas. Suasana akan semakin indah ketika matahari mulai menghilang di ufuk barat.
Fasilitas pendukung yang tersedia seperti kolam renang, motel, pemancingan, restoran, diskotik dan sarana bermain. Terdapat sarana olah raga bermotor seperti track/sirkuit bagi para kawula muda untuk menyalurkan bakatnya dalam road race maupun grass track. Dengan air laut yang tenang pantai ini juga cocok untuk berkembangnya olah raga jetsky dan parasailling. Pasir panjang merupakan kawasan yang strategis karena letaknya di pinggir jalur transportasi antara ibu kota propinsi, Pontianak dengan Kota Singkawang dan kota-kota di sekitar jalur Utara Kalimantan Barat. Pantai Pasir Panjang telah lama menjadi tempat rekreasi yang terkenal, menghadap ke Laut Natuna serta beberapa pulau kecil di sekitarnya antara lain Pulau Randayan, Pulau Lemukutan dan Pulau Kabung.