Ternate dan Tidore

Sejak awal milenium terakhir, pulau-pulau kecil Ternate dan Tidore di Maluku adalah satu-satunya sumber cengkeh dunia. Pedagang India, Arab, Cina dan Jawa sering berkunjung ke pulau-pulau ini untuk membawa barang berharga ini ke negara mereka dan dijual dengan harga tinggi di Eropa dan dunia Timur. Cengkeh, bersama-sama dengan pala dan fuli dari kepulauan Banda digunakan sebagai bumbu dan untuk mengawetkan makanan, sebagai obat-obatan dan bahkan sebagai obat kuat.


Tetapi setelah Perang Salib, rute perdagangan ke Timur diblok bagi orang Eropa, sehingga Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda bertekad untuk menemukan sendiri kepulauan rempah-rempah yang terkenal dengan cara mereka sindiri.

Vasco da Gama adalah orang pertama yang berlayar di sekitar Tanjung Harapan di Afrika untuk mencapai India. Kemudian, dari India, Portugis akhirnya menemukan rute ke Maluku pada tahun 1521, dan tiba di kepulauan rempah-rempah yaitu Ternate dan Tidore dan kepulauan Banda, yang merupakan satu-satunya sumber pala dan fuli. Untuk sampai di sana, para pelaut Portugis berlayar sejauh 14.000 kilometer - hampir 9.000 mil - menyebrangi laut yang belum terpetakan, menghadapi badai, ombak tinggi dan angin Monsoons tropis.


Pada saat itu, sudah ada kesultanan (kerajaan) yang berkembang di Ternate. Tetapi dengan kedatangan Spanyol, Belanda dan Inggris, peperangan antara kekuatan-kekuatan Eropa untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dimulai, yang akhirnya dimenangkan oleh Belanda.

Menjelang akhir abad ke-16, gubernur jendral Belanda Jan Pieterszoon Coen menanam cengkeh kembali di Ambon yang berada di bawah kontrol Belanda, kemudian menghancurkan semua tanaman cengkeh di Ternate dan Tidore secara brutal, tindakan ini dikenal sebagai ekspedisi hongi, dan langsung dipadamkan oleh dominasi kesultanan Ternate dan Tidore karena menghancurkan pendapatan utama penduduk pulau ini. Sejak saat itu, Ternate dan Tidore menjadi terlupakan dari halaman sejarah.

Ternate dan Tidore adalah dua pulau kecil yang hampir sama, di sebelah barat adalah pulau besar Halmahera, yang hampir berhadapan satu sama lain, masing-masing dibentuk oleh gunung berapi yang muncul dari Laut Maluku yang dalam. Sedangkan Ternate didominasi oleh Gunung Gamalama, di Tidore.
Saat ini, kota Ternate adalah ibu kota provinsi Maluku Utara, rumah bagi dua pertiga dari penduduk pulau, yang umumnya beragama Muslim. Di sini, Anda dapat mengunjungi peninggalan sejarah dan menyaksikan tradisi budaya lokal. Kota ini merupakan pusat dan basis modern untuk kegiatan perdagangan pulau. Kota Ini memiliki pusat bisnis, wisata sejarah, jaringan transportasi, dan jasa pariwisata. Kota ini juga sedang dalam pembangunan kerusakan struktural selama konflik 1999 antara Muslim dan Kristen. Sebaliknya Tidore dipenuhi dengan desa-desa kecil di sekitar pulau.

Distrik bisnis Ternate adalah tempat yang menarik untuk berjalan-jalan dan melihat para penjual makanan lezat menghiasi jalanan. Jalan ini begitu panjang dan memiliki lima nama; Jl Sultan Khairun, Jl Merdeka, Jl Mononutu, Jl Hasan Esa dan  Jl Raya Bastiong. Rencanyan mega mall juga akan dibangun di daerah ini.
Gunung berapi di pulau Ternate memberikan tanah subur dan pantai dengan pasir hitam yang berkilauan. Saat ini, seluruh pulau dihiasi oleh perahu berwarna-warni dalam berbagai ukuran berbaring di air dangkal berbatu firus, terlindung oleh pohon kelapa yang menari-nari.

Untuk pecinta kuliner dan sejarah, pulau ini merupakan tempat makanan lezat dan sejarah yang akan memuaskan kecintaan Anda pada makanan dan pengetahuan sejarah. Hiburan dari penduduk yang ramah juga sesuatu yang layak dirasakan.



Sumber : Indonesia Travel

0 komentar:

Posting Komentar